0

Memulai Kembali

Sore itu, di hari kerja dengan tampang kucel seharian, mendadak centil ingin jajan yang ga dicari di toserba dekat rumah. Di dalam toserba itu aku berpas-pasan dengan seorang perempuan, yang harusnya seumur denganku. Itu bukan pertama kalinya aku bertemu dia, 2 pertemuan sebelumnya juga terjadi di acara yang sama, pernikahan teman smp ku. Saat itu aku melakukan beberapa kontak mata dengannya, berharap dugaanku benar... namun tidak ada satu dari kami yang memulai pembicaraan.

Ooops...sekarang kami juga melakukan kontak mata, entahlah mungkin dia hanya orang yang mirip dengan teman sebangku ku kelas 1 SMP hihihii ya, 16 tahun yang lalu...akhirnya aku memilih mengacuhkan saja pradugaku. Sampai di depan kasir, di antrian itu hanya aku dan dia....hhhh..lagi-lagi kita saling bertatap tapi dia tidak memiliki sedikit respon atau ekspresi yang signifikan setelah melihatku. Akhirnya dengan sedikit gemas, aku bertanya
"Mba, SMPnya dimana ya?"
"KARIINN!"
Hahahahaha alhamdulillah bukan salah orang, dan syukurnya dia langsung menyebut namaku...dan sepertinya yang takut salah orang harusnya bukan aku, tapi dia. Menurutnya aku sangat berubah, iya...sampai puas aku dilihatnya dari ujung kepala sampai kaki dengan wajah tidak percaya. Mmmm...kalau diingat ingat berat badanku saat ini, ya hampir 2 kali lipat dibanding sekarang ðŸ˜ƒ ditambah lagi tampang kucelku yang seharian belum mandi, tentu berbeda dengan tampang kucel karyawan yang berdesak desakan di angkutan umum pulang kerja.

inilah tampang tak berdosaku 16 tahun yang lalu,
hahaha masih imut-imut ya dari tampang sampai badannya

Akupun diberondong pertanyaan lazim orang indonesia setelah lama tak bertemu :
"Udah nikah ya?"
"Kerja dimana?"
"Tinggalnya masih di sini?"
Karena sudah siap mental dengan pertanyaan sejenis, aku menjawabnya tanpa baper alias terbawa perasaan, hahaahaha
Mungkin saja dia berpikir aku ibu rumah tangga beranak lebih dari 3 dengan badanku yang empuk menggemaskan seperti ini. Padahal aslinya aku terlalu bahagia dengan keadaanku saat ini. Untunglah dia menatapku dengan penuh takjub tak percaya kalau orang yang dihadapannya adalah karin teman sebangkunya yang doyan makan biskuit cokelat di kelas saat jam pelajaran.
Saat kujelaskan pekerjaanku, aku hanya menjawab simpel : menjahit di rumah, sambil kukeluarkan kartu nama labelku sendiri. Sambil prospek terselubung sih, siapa tau setelah ini ada lanjutannya, hahahaa. Setelah puas mengobrol dan mengucapkan selamat tinggal, dia membaca kartu namaku lagi, mengatakan akan menyimpan nomorku sambil mengucapkan akun media sosial yang tertera di sana.

"Wah, asik dong jam segini ga perlu macet2an di jalan pulang kerja, jadi bos!"
Itu salah satu respon temanku begitu mengetahui aku menjahit di rumah. Hihihii wajar saja dia berpikir seperti itu, aku melihatnya tengah hamil besar dan baru pulang dari tempat kerjanya disaat langit mulai gelap. Tentunya terbebas dari macetnya jakarta saat jam pulang kerja dan bebas tugas menggunung dari bos adalah hal yang diimpi- impikan. Kalau aku saat ini hanya merasa bersyukur dengan apa yang kujalani, tentu saja tolok ukurnya orang tua, keluarga dan sahabatku. Selama orang tuaku mendukung apa yang kukerjakan saat ini, aku merasa langkahku akan mudah sampai kapanpun selama restu mereka menyertai. Tak ada habisnya aku bersyukur memiliki orang tua yang tidak pernah menuntut apa apa dari anak satu-satunya harapan mereka. Yang penting aku bahagia dengan apa yang kulakukan, katanya.

Aku bersyukur mendapatkan dukungan penuh dari orang tua
dan pasanganku dengan apa yang sedang kulakukan saat ini

Sepertinya aku terlihat tidak tahu diri, setelah bersusah payah menyekolahkan anaknya satu jenjang lebih tinggi dari mereka, setelah lulus....mereka tetap berangkat kerja di pagi hari sambil melihat anaknya sedang asik dengan mesin jahitnya. Pulang kerja pun kadang melihat anaknya mengunggah hasil karyanya di sosial media. Tidak ada satu kata pun yang mengharuskan aku berpisah dengan mesin jahitku yang kubeli dari hasil menabung uang saku beasiswa di jepang 3 tahun lalu. Aku yakin keinginan papaku hanya memastikan aku dapat hidup dengan layak nantinya. Papaku juga seorang wirausaha yang sependapat denganku,atau mungkin aku mewarisi sifatnya : ogah diperintah, optimis dan berambisius. Beliau juga sependapat dengaku tentang rutinitas membosankan seorang karyawan, seperti mamaku. Hahahahhahaha
"Sambil jahit, jadi dosen aja nak, enak...kalau sibuk menjahit liburkan saja kelasnya!," guraunya.
Duh, si papa...andai saja profesi dosen seperti yang papa bayangkan, entah berapa orang yang sedang bersikut-sikutan menjadi dosen. Tapi kuyakin itulah alasan terbesarnya menyekolahkanku sampai jenjang master. Saat ini doaku yang tak pernah luput kuselipkan setiap ingat Allah adalah meminta kebahagiaan,  kesehatan dan rezeki yang tak terputus untuk kedua orangtuaku. Amiinn ya Rabb... *tears* *melow mode on*

Seperti halnya orang tuaku, pasanganku, bantat (begitulah panggilan kesayangan kami, hihihii sama2 bantat) adalah pendukung no. 1-ku. Bahkan sejak hobiku ini belum dimulai di sini. Bila ada yang ingin sekali aku kerjakan, aku memang benci sekali menunggu, sampai sampai sulit tidur. Itu yang terjadi sekitar 3 tahun lalu, saat ide di kepalaku tidak bisa dibendung lagi, aku memang harus melakukannya saat itu juga. Namun, aku sedang ada di negeri orang dengan kewajibanku sebagai mahasiswa di sana. Akibatnya aku sering sekali tidak bisa tidur....hahahaha bukan saking banyaknya tugas saat itu, tapi saking aku harus bersabar menunggu pulang dan membeli mesin jahit pertamaku di indonesia nanti. Untunglah bantat sabar mendengar ocehan ideku lewat tengah malam melalui skype atau chat. Dia mengatakan untuk bersabar dan berjanji akan menemaniku saat aku pulang nanti. Aku makin berapi api mendengar semangat darinya, hahahaha biasanya saat matahari mulai muncul, aku mulai lemas seperti drakula setelah semalaman terjaga...

si porter bantat yang menggemaskan <3 td="">
Benar saja begitu aku pulang, aku langsung membeli mesin jahitku...tapi tidak ada kain maupun alat jahitnya, bantat bagai pasangan yang siaga mau menemaniku ke tanah abang, hahahaha itu pertama kali ku ke tanah abang sendiri, lebih tepatnya bersama orang yang juga tidak tahu seluk beluk tanah abang. Berbekal informasi dari blog crafter lain juga ternyata belum cukup. Mengetahui toko kain tanpa tahu jalannya yang seperti labirin menurutku, cukup menguras energi. Ditambah lagi kesan orang orang di tanah abang yang kurang informatif. Untunglah yang menemani tidak kapok, bahkan baru baru ini menemaniku lagi ke tanah abang berbelanja bahan yang jumlahnya cukup bikin tangan pegal. *irit porter ceritanya* hihihii
Bantat juga sering kupanggil kurir cinta, karena dia sebagai penyambung pesanan jahitanku di kantornya. Padahal dia lelaki yang sudah fitrahnya kurang memperhatikan hal hal detail yang sepele seperti warna, ukuran, serta printilan lainnya. Supaya tidak mengecewakan pelanggan katanya, dia langsung menjemput pesanan yang sudah jadi untuk diantarkan besok paginya. Awalnya hanya bercanda, aku membuatkan dia tempat koin, tempat tisu atau tempat makan jahitanku. Kataku, ini gratis untukmu asalkan kamu menjual 5 benda yang sama...hahahahaha pasangan yang kejam ya, tapi dianbenar benar melakukannya, dia membuat teman temannya di kantor memesan apa yang di dapat...hmmmm boleh juga ya!

Teman-temanku juga sangat menghargai hasil karyaku. Berbekal pengalaman yang sangat minim dari sebuah kios handmade di jepang, sudah pasti hasil jahitan pertamaku jauuuuhh sekali dari  layak. Tapi temanku menghargainya dengan benar-benar membelinya. Aku tidak percaya saat itu jahitanku layak jual dan masih tergagap kalau ditanya harganya, hihihii...sungguh saat itu memang belum terpikirkan untuk menjual hasilnya, aku hanya melihat jahitan ini sebagai keahlian yang keren! Salah satu temanku memesan jahitan yang aku unggah di akun media sosialku,  saat itu aku menetapkam harga masih asal asalan dengan melihat bentuk dan bahan yang digunakan. 
"Heh! Ini kan handmade, masa cuma harganya segini, udah ini ambil aja semuanya"
Kata temanku saat membayar pesanannya. Akupun terperangah tak percaya, bahwa ada orang yang melihat keahlian dibalik produkku. Akupun makin mantap saat teman-temanku memberikan referensi ke temannya tentang jahitanku. Begitu pula dengan keluargaku, pesanan pertama dari mamaku sendiri...hahahhaha untuk hadiah temannya umroh katanya. Tak lama pesanan dari teman mamaku mengalir, dengan modifikasi khusus indonesia. Ternyata dijadikan suvenir untuk temannya yang pulang ke negara asalnya. Wah, berbunga-bunga melihat jahitan yang masih "pletat pletot" itu sudah menyebrangi benua. Pssst...teman temanku yang lain juga membantuku membuat labelku berpindah negara, ahhhh beruntungnya aku memiliki teman teman seperti kalian.

jahitanku yang ikut meramaikan wisuda teman temanku
semoga awet dan tetap menyemangati


Pesanan souvenir pertamaku yang melintasi benua,
labelnya masih buat sendiri menggunakan transfer paper


mom-to-be yang menjadikan liebeloly bagian dari
syukuran  kehamilannya yang ke 7 bulan

one of my loyal customer hihihihi semuanya mau dibungkus
dengan jahitanku kalau bisa

Incaran top model yang bakal membintangi
commercial videoku nanti 

Aku bener benar menjadikan labelku hubungan yang personal dengan penggunanya. Sampai sekarang masih tersipu malu malu kalau melihat jahitanku ada di dalam salah satu tas temanku, bahkan satu bagasi mobilnya sampai sudut rumahnya penuh dengan jahitannku! (Benar2 ada lho! *wink* ).  Akupun terharu mengetahui bahwa jahitanku benar benar berguna untuk aktivitas temanku. Bahkan ada yang memesan lagi, bukan karena pouchnya rusak, tapi terlampau kumal karena terlalu sering dipakai, hihihiiii. Yang membuatku tersanjung adalah teman temanku menjadikan jahitanku sebagai bagian dari momen spesial dalam hidupnya. Seperti memasukan jahitanku sebagai hantaran lamaran, souvenir pernikahan, sovenir tujuh bulan, wisuda sampai kado pernikahan untuk temanya. Wuahhh pokoknya saat ini aku sedang bersyukur mengetahui keluarga dan sahabatku mendukung apa yang sedang kulakukan saat ini. Termasuk buntelan berbulu yang satu ini, hihihii terpaksa kujadikan asisten berbulu tetapku walau aku tidak mengerti apa yang dia lakukan saat aku sibuk mempersiapkan jahitanku :
  
             
Seperti asisten yang memiliki inisiatif tinggi,
bubu langsung bergabung ketika kain
siap potong sudah dibentangkan

penggaris adalah objek kedua yang diincarnya

kalau sudah puas mendapatkan penggaris terkadang
dia sampai tertidur di atas bentangan kain
sambil memegang hasil buruannya
(penggaris)


tapi tugas sebenarnya adalah menghiburku disaat
ide lagi mampet hihihihi


Lumayan jadi penyemangat saat membangun labelku menemui jalan yang panjaaaang sekali ðŸ˜‰ hihihiii

0 comments:

Post a Comment

Back to Top